SPT….SPT…., begitulah kesibukan orang setiap akhir bulan Maret
karena disibukkan untuk membuat SPT tahunan. Juga tahun 2010 ini.Sebagai
warganegara yang telah mempunyai NPWP pribadi banyak orang membuat SPT
tahunan pribadi yang menjadi kewajiban mereka. Namun tiba-tiba saja
sebuah berita mengejutkan terdengar. Berita yang membuat batang leher
pembayar pajak sekonyong tercekat, nafasnya tersenggal-senggal, dan
darahnya mendidih karena amarah.
Ada MAFIA PAJAK di negeri ini. Mafia penghisap darah rakyat yang amat
rakus. Bagaimana tidak rakus jika operator lapangannya saja yang konon
bernama Gayus Tambunan dan berpangkat 3a mampu mengatur intitusi
penegak hukum (polisi, jaksa, hakim) dan mengelola dana sebesar 25
Milyar rupiah. Bayangkan berapa dana yang dihisap oleh pejabat
diatasnya! Angka di rekening Gayus itu saja jauh melampaui harta
kekayaan presiden Susilo Bambang Yudoyono
per 23 November 2009 yang dilaporkan dalam keterangan pers di kantor
presiden 5 maret 2010 sebesar Rp 7.616.270.204 dan 269.730 dolar AS.
Kekesalan rakyat pada MAFIA PAJAK memicu berbagai reaksi para
pembayar pajak. Lihat saja “Gerakan 1.000.000 Facebooker Dukung Boikot
Bayar Pajak untuk Keadilan” yang muncul di situs jejaring social
Facebook. Kekesalan rakyat semakin meluas saat mereka menyadari bahwa
pajak mereka seringkali digunakan untuk melumpuhkan (secara fisik) para
pembayar pajak. Ngak Percaya? Lihat saja kasus “Makam Mbah Priok”.
Dengan mata telanjang pemirsa televisi disajikan pemandangan yang
ironis. Bagaimana mungkin aparat yang digaji dari pajak rakyat,
menggunakan peralatan yang dibeli dari pajak rakyat menghajar tanpa
kenal ampun para pembayar pajak. Kasus Priok hanya satu contoh. Dalam
kasus pengosongan rumah Negara yang dihuni di Jalan Ampera Raya Jakarta
Kamis, 8 April 2010, para pensiunan juga menemukan bukti penggunaan
preman bayaran dan alat-alat kekerasan seperti palu dan linggis oleh
aparat negara yang menerima tugas pengosongan. Ironis bukan. Sudah
dipakai untuk membayar gaji aparat, pajakpun ternyata digunakan untuk
membeli linggis yang akan digunakan membongkar rumah pembayar pajak.
Author: Yani
Tidak ada komentar:
Posting Komentar